Jumat, 09 Desember 2016

FESTIVAL FILM TASIK #5 MUNING





TATA CARA PENDAFTARAN “Festival Film Tasik #5 Muning”2016

1.      Peserta melakukan pendaftaran melalui salah satu cara berikut:
a.   Mengunduh formulir pendaftaran melalui www.kofita.blogspot.com
b.   Mengunduh formulir data film dari form pendaftaran online melalui link Google Drive
c.    Mengirim nama/ nama komunitas beserta alamat email melalui Whatsapp ke :
0852 1230 7103, panitia akan mengirimkan formulir pendaftaran melalui email

2.      Peserta mengirimkan amplop berisi
·      Flashdisk berisikan :
o  Softcopy film (*avi, *mov,  atau *mp4 H264)
o  Softcopy adegan film/still foto ukuran 300dpi format .tiff/png min. 3 buah
o  Softcopy poster film
o  Softcopy foto sutradara dan penata kamera
·      Sinopsis film yang sudah diprint
·      Poster film ukuran A4 (1 rangkap).
·      Copy tanda pengenal pendaftar (KTP/SIM/Kartu Pelajar).
·      Formulir pendaftaran yang telah diprint dan ditandatangani peserta. (satu formulir untuk satu film)

3.      Atau Peserta dapat mengirimkan karya melalui
·         Film melalui Link youtube
·         Dengan melampirkan file melalui email
o  Softcopy film (*avi, *mov,  atau *mp4 H264)
o  Softcopy adegan film/still foto ukuran 300dpi format .tiff/png min. 3 buah
o  Softcopy poster film
o  Softcopy foto sutradara dan penata kamera
o   Softcopy Sinopsis film
o   Softcopy Poster film ukuran A4
o   Softcopy Copy tanda pengenal pendaftar (KTP/SIM/Kartu Pelajar).
o   Scan Formulir pendaftaran yang ditandatangani peserta. (satu formulir untuk satu film)
  
4.      FFT 5 "MUNING" Memperebutkan Penghargaan dan Trophy :
1.      Film Fiksi Terbaik 1
2.      Film Fiksi Terbaik 2
3.      Film Fiksi Terbaik 3

1.      Film Dokumenter Terbaik 1
2.      Film Dokumenter Terbaik 2
3.      Film Dokumenter Terbaik 3

5.      FFT "MUNING" Memperebutkan Penghargaan :
·         Sutradara Terbaik
·         Ide Cerita Terbaik
·         Penata Kamera Terbaik
·         Aktor Terbaik
·         Aktris Terbaik
·         Poster Terbaik
·         Komunitas Terbaik
·         Film Pelajar Terbaik


6.      Semua kelengkapan bisa dikirim melalui email : komunitasfilmtasik@gmail.com
Atau bagi yang mengirim melalui surat, semua kelengkapan dikemas dalam satu amplop tertutup dan dikirim atau diserahkan langsung ke sekretariat panitia (Pkl. 10.00 – 18.00) sebelum 20 Desember 2016 (cap pos) dengan alamat :
Festival Film Tasik #5 Muning
SOEKAPOERA INSTITUTE
PERUM PERMATA REGENCY UNSIL, JL. PERMATA KENCANA 1, NO, 1. KOTA TASIKMALAYA. (0852 1230 7103)




SYARAT DAN KETENTUAN PESERTA FFT 5


1.      Kompetisi terbuka untuk Umum, baik perseorangan maupun komunitas
2.      Kategori Film Fiksi Pendek dan Film Dokumenter
3.      Bebas tahun produksi
4.      Peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 (satu) karya
5.      Karya yang pernah mengikuti festival lain, boleh diikutsertakan
6.      Karya yang sudah pernah mengikuti FFT sebelumnya, tidak boleh diikutsertakan kembali
7.      Durasi film maksimal 45 menit (sudah termasuk end credit tittle)
8.      Karya yang menggunakan bahasa selain Bahasa Indonesia wajib memiliki teks (subtitle) Bahasa Indonesia
9.      Format materi karya yang dikirim dalam bentuk data softcopy file (*avi, *mov,  atau *mp4/ H264) disimpan dalam keping DVD/ flash disk atau melampirkan link youtube pada formulir pendaftaran.
10.  Segala permasalahan hak cipta yang terkait dengan pembuatan dan kepemilikan karya yang didaftarkan di luar tanggung jawab panitia “Festival Film Tasik #5 Muning” 2016
11.  Hak cipta karya tetap menjadi milik peserta

Link Persyaratan FFT # 5


BERTEMU 'GERONIMO' DALAM TSFF 2016

Ada Geronimo dalam 15 film pendek yang masuk nominasi Tasik Short Film Festival, istilah yang diperkenalkan Mel Gibson dalam film Conspiracy Theory, “When you’re in love, you’ll jump right from the top of the Empire State and you won’t care, screaming 'Geronimo' the whole way down,” atau dalam bahasa sederhana disebut 'turun ke bawah', melihat sesuatu lebih dekat, menangkap dan memasukannya dalam skenario sebagai bahan dasar film. Inilah kekurangan dari semua karya para peserta, mereka tak perlu mengalami tapi setidaknya belajar menjadi pengamat apa yang ingin dituliskannya. Kelemahan riset dan referensi dari karya-karya peserta tersebut berakhir pada kesepakatan melakukan pemutaran film yang rutin untuk memperkaya wawasan sehingga bisa menghasilkan karya yang lebih baik. 

Minggu, 13 Desember 2015

SANG PENGARANG, KELELAWAR & RERUNTUHAN CAHAYA DI HIJI TEMPAT NU BIASA




SANG PENGARANG, KELELAWAR & RERUNTUHAN CAHAYA
DI HIJI TEMPAT NU BIASA

Atas kuasa gelap, dan mata yang dibutakan cahaya. Maka, kupinjam penglihatan kelelawar seperti dalam puisi cinta Ibn Arabi. Lalu, kudiami reruntuhan bangunan, menajamkan mataku yang lemah, berdialog dengan apa yang kulihat dan membawa reruntuhan pemikiranku sebagai apresiasi terhadap pertunjukan drama “Di Hiji Tempat Nu Biasa” garapan Teater Dongkrak yang akan dipentaskan kembali, Selasa, 15 Desember 2015 di Gedung Kesenian Tasikmalaya.


Pada mulanya; Seorang pengembara, ikhtiar yang muskil dan perjalanan menuju kesunyataan. Dalam kelelahan pencariannya, ia tertidur berbantalkan batu dan bermimpi tentang tangga menuju kahyangan. Sampailah ia pada semerbak dupa, dan lidah perapian yang menjilati kotoran jiwa. Di persinggahan celah langit dan rongga bumi itulah, orang-orang suci memotong lidah untuk merahasiahkannya. Ia tak menemukan apapun selain tilas gamang. Dihadapan nirwaktu, para Sanghiyang tilem. Ia kemudian terbangun, menyusun batu disekitarnya menyerupai tangga dalam mimpi, membawa ritual sesembahan yang semula transenden menjadi pencapaian kewaskitaanya (intelektual) dalam menerjemahkan naskah Di Hiji Tempat Nu Biasa. Terlemparlah sang diri menemui denyut hening naskah. Ia menemukan titik yang sama, tangga sakral penghubung jagat sekala-niskala, diktum sakral-profan melalui simbol cahaya yang dipercaya sebagai ambrosia (sesajen) bagi sanghiyang dewata.

Dengan mantra hukum ke tujuh, kord surgawi, dan akal kesepuluh. Siapa yang lupa dengan asal suara? Denting adalah kuncup suara pembuka pertunjukan. Kelopak irama mekar, menghasilkan bunyi musik yang terdengar acak. Lalu, sunyi, tak ada suara. Dari sudut tergelap, tarian cahaya hadir dipersembahkan houri-houri (bidadari surga) mengikuti irama detak jantung. Perlahan, spektrumnya bergetar lalu pecah, menghadirkan kelahiran semesta yang semerawut menuju keselarasan dalam tangga harmonik tubuh manusia. Seperti alur dalam hidup. Siapa yang mampu menyesuaikan diri, mengikuti arusnya akan menemukan semesta kesadaran bahwa segala sesuatu berjalan karena ada getaran. Tanpanya, tak ada gerak, tak ada adegan, tak ada peristiwa kehidupan.

Panggung gelap. Di singgasana—tempat yang sedemikian kuasanya, sang pengarang gelisah dalam kesendirian. “Di dieu, sakabehna bakal kajadian. Sanggeus lalangse dibuka. Urang dipatepungkeun ku saban adegan. Nepungan sakur implengan. Nu kasampeur jeng nu kudu diiklaskeun. Enya, di tempat nu geus jadi milik urang. Tempat urang ngareka ungkara, ngimpleng ku rasa wenang. Najan mindeng kudu beda ulesna jeng nu di pikahayang,” ucapnya hibiru, menceritakan pengetahuan yang hilang. Hening, gulita memelukku. Terdengarlah beradunya dua batu besar. Pembacaanku menjadi lengkap, bilamana memahaminya dalam perspektif sufisme bahwa hal pertama adalah mendengar, melihat lalu mendapatkan pengetahuan. Bukankah melalui pendengaran, seorang murid mendapat pengetahuan dari gurunya? Sang pengarang sadar, ia memberi penglihatan kepada penonton, dan mengutus para prajurit cahaya (pembawa lampu senter) ke bibir panggung, menunjukan simbol persia kuno tentang ketiadaan menuju keberadaan atau­—meminjam uraian filsafat cahaya Al Ghazali dalam kitab Misykat Al Anwar disebut penampakan objek dan subjek yang memungkinkan terlihat karena ada unsur lain yaitu, cahaya—terlimpahi bentuk batu, tokoh dan semua adegan oleh pancaran cahaya disertai bayangan di dinding panggung. Seolah, menakwilkan laku pandita yang memahat ajarannya pada retakan dinding suci, mewartakan realita hidup dalam perang abadi antara gelap dan terang.

Cahaya sebagaimana gelap adalah simbol yang membenihkan kejut dalam penggungkapannya. Aku menyebutnya, reruntuhan cahaya. Reruntuhan berarti jamak, terjadi lebih sekali dan berterusan di tempat yang sama. Cahaya itu jatuh, bukan berjatuhan. Sang pengarang merubah aturan dasar cahaya. Diawali koor cluk-clak, terciptalah gerimis dari cahaya yang mengantarkan sepasang kekasih dalam sebuah pertemuan. "Gerimisna angger keneh, gerimis ti langit 13 taun ka tukang...ambuna, rasana taya bedana..." perempuan cantik itu menutup payung dan membiarkan tubuhnya dibasahi gerimis. Di Hiji tempat nu biasa, cahaya cinta merangkuhnya keduanya dalam keseluruhan. Ada pula eksplorasi cahaya dalam memahamkan arti waktu, jarak dan tingkatan. Seberapa lama dan seberapa dekat, sesuatu dengan sumber cahaya akan lebih terlihat lebih jelas dan merujuk pada hirarki cahaya. Inilah yang dimaksud kitab Hikmatul Isyraq kesadaran atas realita diri. Rahasia azali sebagai kunci peralihan tunggal: menjadikan diri sebagai kolam jernih yang menangkap cahaya bulan.

Dalam reruntuhan cahaya, kupinjam identitas kelelawar berkaitan batas wilayah. Keterlibatanku dalam teater bukan atas ketertarikan tapi secara tidak sengaja dipercaya dua kali sebagai tim visual dalam pertunjukan Ambu Hawuk karya Ab Asmarandana sebagai tugas akhir kelulusan S2, ISI Jogjakarta dan drama Di Hiji Tempat Nu Biasa, pemenang Festival Drama Basa Sunda di gedung Rumentang Siang, Bandung. Tapi tulisan ini bukan tentang kemenangan, melainkan kekesalanku menyebut petunjukan ini bagus tanpa mengerti arti bagus itu sendiri. Kant menyebutnya pengalaman estetik, kemampuan seseorang menangkap makna dan menemukan cerita atau merasakan emosinya. Dalam bahasa sederhana, inilah caraku melihat tanda dan penanda dalam pertunjukan. Aku terjaga, menaklukan ketakutanku atas cahaya yang membutakan mata, dan menemukan diriku dalam genggaman rahasiah-Nya.

Siapa sang pengarang? Melalui penceritaan siklikal, ia menciptakan dua tokoh berbeda cara pandang. Satu linear dan satu lagi melingkar. Keduanya terjebak dalam daur Vaitarni yaitu pengulangan. Apa yang akan datang akan terus mendatangimu, pergi sejauh apapun keduanya akan terjebak di tempat yang sama. Keduanya berontak, dan marah atas takdir karena hidup tak lebih dari lingkaran. Hanya yang mengenal rumus keliling, mengitarinya dan menarik garis radius menuju titik pusat (diri) akan mendapatkan pencerahan. Bahkan aku menduga pengulangan pementasan ini, menyisakan satu kemungkinan: pencarian jawab atas persoalan yang belum selesai yaitu pencarian diri. Dalam teks filosofis, diri adalah cahaya (ruh) yang menjadi ladasan segala pengetahuan. Adanya ruh memperkuat tiga alam sebelumnya, menjadi bukti adanya Tuhan. Hanya ruh yang pernah mendiami sorga, menyaksikan kelahiran semesta dan berdialog dengan Tuhan. Pertanyaannya, bagaimana manusia tahu dirinya cahaya? Sejak lahir ingatannya terputus dan tugasnya di dunia adalah menghubungkannya kembali. Tradisi Buddhisme mengenal avidya (tidak melihat), anamnesis menurut Plato, proses mengingat kembali karena kita lupa terhadap segala pengetahuan dan mulai belajar segalanya dari awal lagi. Kesadaran inilah yang sedang diungkapkan, ditenggelamkan, dikembalikan lagi pada kesadaran sampai kita semua memahaminya. Seperti lilin dalam matahari, kau tidak menyadari dirimu cahaya kalau berada di tengah Cahaya Maha Terang (Tuhan). Sang pengarang tahu jalan keluarnya. Lalu, ia mengelilingi setiap tokohnya dengan kegelapan. "Di hiji tempat biasa, sakabehna bakal kajadian. Sakabehna bakal diciptakeun. Tapi dina sakabeh lalakon taya nu bisa dicindeukkeun. Lian ti kosong nu menta eusi. Lian ti eusi nu menta dikosongkeun deui. Kuring ngan saukur pangarang, sedeng tokoh nu ku kuring diciptakeun, salawasna aya dina saluareun carita nu teu bisa di peruhkeun....kuring ngan saukur pangarang," usai menyampaikan hakikat diri sebagai pengetahuan yang hilang. Di atas singgasana, ia turun ke alam niskala, dan mengalami apa yang disebut kenosis, mengosongkan diri menjadi seorang hamba.

Tapi siapa yang ada dibalik sang pengarang? Tentu saja, ada dua nama Nunu Nazarudin Azhar sebagai penulis naskah dan Wit Jabo sebagai sutradara yang mengingatkanku pada cerita Rama dan Krishna. Dua riwayat hidup, berbeda petualangan. Saat Ramayana berakhir, Mahabharata dimulai, Rama bertugas, Krishna pulang. Begitupula, Nazarudin Azhar dan Wit Jabo, saat naskah selesai, sutradara mengejawantahkannya dalam pertunjukan. Aku melihat kesamaan, dua wajah dengan karakter berbeda tapi satu dalam tubuh Teater Dongkrak.

Dalam diorama singkat, ada pengetahuan yang hilang, selaksa hakikat diri yang menjadi pesan pertunjukan. Meski kilasan impresiku, hampir menyandingkan kesendirian sang pengarang dengan alam lata’yin semasa Tuhan bersendirian dengan diri-Nya, alam ilmu-Nya dalam mencipta segala sesuatu, dan alam misal dalam dialog pemberontakan? Bukan mustahil dalam pertunjukan nanti, diselipkan simbol permulaan segala sesuatu yang tercipta dari satu bahan, subtansi yang sama dalam bentuk berbeda yaitu cahaya. Dilanjutkan, ajaran rahasia sebagai puncak pengetahuan yang kelak disampaikan mesiah di akhir zaman, dan maqam tertinggi yang mengantarkan manusia mengenal hakikat Tuhan. Lalu, melengkapinya dengan simbol penutup kunhi Zat sebagai batas penghabisan pengetahuan mahluk hidup. Akhirnya dalam ledakan zarah yang belum kupahami seutuhnya. Cahaya dalam panggung padam total, terhenti semua. Aku terbangun, seolah selesai memasuki mimpi. Argus memiliki ratusan mata, Dasamuka puluhan mata, aku dan kau hanya sepasang mata. Siapa yang mampu melihat dan memahaminya? Lupakan cahaya, ia bukan lenyap tapi senyatanya ada dalam dirimu. Wilujeng Milangkala Teater Dongkrak Nu ka 25, Prung ah!


Teks: Sys W, pegiat komunitas film dan aktif di Balaka. Ilustrasi:
Wisnu Pamungkas, aktifis Senam Pensil, ISI Jogjakarta.

Rabu, 09 Desember 2015

ORDER BAJU FFT #4 TARUM



Salam gambar bergerak.

Ketika semua baju yang kau pakai tak pernah menyentuhmu dan merasaimu? panitia penyelenggara Festival Film Tasik kembali menawarkan pembelian kaos yang seluruh keuntungan akan digunakan untuk pelaksanaan acara Festival Film Tasik #4 Tarum. Bagi yang tertarik memesannya silahkan inbok, dengan menyertakan ukuran baju.Temulaih pemilikmu dan tumbuhlah bersamanya, terima-kasih banyak atas dukungannya. Salam Tarum!

Senin, 07 Desember 2015

FESTIVAL FILM TASIK #4 TARUM







Persyaratan film peserta festival Film Tasik #4 TARUM:

- Tema Film Bebas.
- Peserta adalah Pelajar, Mahasiswa dan Umum di Jawa Barat
- Kompetisi terbuka bagi kategori film fiksi dan dokumenter.
- Penanggung jawab mengisi formulir dan surat pernyataan.
- Peserta boleh mengirim lebih dari 1 karya
- Durasi film maksimal 30 menit (dengan credit tittle).
- Tahun pembuatan/produksi film bebas.
 - Film tidak pernah di ikutsertakan pada FFT sebelumnya.
- Film bukan merupakan film industri / perusahaan / iklan TV / iklan layanan masyarakat.
- Wajib menggunakan subtittle dengan menggunakan bahasa Indonesia bagi film yang menggunakan bahasa lokal/asing.
- Segala permasalahan hak cipta yang terkait dengan pembuatan dan kepemilikan film pendek yang didaftarkan di luar tanggung jawab panitia FFT #4 2015.
- Hak cipta karya tetap menjadi milik peserta.      

Kelengkapan pendaftaran yang wajib diserahkan :
-Formulir pendaftaran yang telah diisi dengan lengkap dan benar.
-Link film bisa dikirim melalui email kofita, bagi yang lolos wajib mengirimkan dalam keping DVD/flasdisk.
- Format materi karya yang dikirim dalam bentuk data softcopy file (*avi, *mov,  atau *mp4/ H264) disimpan dalam keping DVD/ flash disk.
-Fotocopy KTP /Kartu Identitas Pendaftar.
-Biografi singkat Sutradara dan filmografinya.
-Materi promosi berupa poster Film berukuran A4.

Ketentuan lain :
- Karya yang dikirim akan menjadi database KOFITA.
- Panitia berhak menggunakan film untuk kepentingan publikasi festival.
- Film yang masuk akan diseleksi dalam 2 tahap : dipilih 15 nominator dan 5 nominator.
- Film yang lolos seleksi akan dihubungi melalui sms dan email.
- Panitia berhak mendiskualifikasi pendaftar yang tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan festival.
- Hasil karya dikumpulkan paling lambat tanggal 15 Desember 2015 jam 21.00 WIB.
- Film yang lolos seleksi akan diputar dari pukul 13.00-s/d selesai tanggal 19 Des 2015
- Tahap penjurian akan memilih 3 fiksi-dokumenter untuk mendapatkan throphy, sertifikat
   dan uang pembinaan
- Pengumuman hasil penjurian akan dilaksanakan pada acara FFT #4 TARUM tgl 19 Desember 2015.
Proses seleksi dilakukan oleh Tim FESTIVAL FILM TASIK #4 2015 melibatkan praktisi film dan budayawan dan keputusan pemenang FESTIVAL FILM TASIK #4 bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

Formulir bisa diunduh di http://www.4shared.com/office/q2bCf_Nyce/FORMULIR_PENDAFTARAN_FFT_4_TAR.html

Karya Dikirim ke email : kofita@ymail.com
KOFITA  : Perum Permata Regency Unsil, Jl. Permata Kencana No 1 atau
Jl. Lingkar Dadaha no 18,5 Gedung Kesenian Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
cp : 081 223 545 219
fb: kofita
source: http://www.kofita.blogspot.com
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...