Kamis, 18 Desember 2014

RANCAGE ITU...



RANCAGE ITU...

Rancage itu ketika kami tak punya budget untuk sebuah acara. Kami menawarkan baju FFT yang seluruh hasil penjualannya digunakan untuk acara Festival Film Tasik #3 Rancage demi sekedar melengkapi koleksi baju yang kau pakai agar bisa menyentuhmu dan merasaimu.

Rancage itu saat ada razia kendaraan pas kami mengantarkan baju kepada pemiliknya. Kami menyiasatinya dengan cara membuka baju dan celana panjang, cuma pake kolor butut, memasukan sepatu ke dalam bagasi motor alias nyeker dan menjalankan motor pelan sambil berpura-pura menjadi warga sekitar yang melihat semua pengendara yang tak memiliki kelengkapan dirazia.

Rancage itu saat kami tak mampu sewa kursi dan property, kami meminjam bekas acara Dandim di tempat yang sama.

Rancage itu saat kami tak punya printer seseorang bersayap membantu dan menghibahkannya untuk kami.

Saat kami ada di bawah rantai pemberitaan, kami membuat serial fiksi singkat sebagai pengantar perjalanan Rancage dilengkapi coretan mangga seorang teman.

Rancage itu saat kami tak mampu menebus piala, dari hasil penjualan sisa baju di detik2 terakhir kami membeli cd kosong, print logo, bingkai dan menghiasnya sedemikian rupa.

Rancage itu adalah tema acara FFT #3, sebagai salah satu cara kami yang pernah dihidupi dunia gambar bergerak (film) berusaha menghidupi apa yang kami yakini, berusaha melepas definisi kesuksesan dan persaingan atau format baku sebuah festival. Karena kami melakukannya bukan untuk sesuatu yang muluk-muluk “mengubah kota” atau “memajukan anak muda,” tapi dengan acara sederhana ini kami anak muda belajar mengenal diri kami sendiri.

Salam Rancage.

Sabtu, 06 Desember 2014

MENGINTIP KERTAS KOSONG DENGAN CORAT-CORET SEJUMLAH NAMA DI ATASNYA



Bayangkan dirimu bersandar pada pohon pinus, bau tanah basah, alas duduk dari rumput yang tertutup daun-daun kering dan suara gemericik air yang mengajakmu mencari keberadaannya.

Lalu kau mengisi halaman pertama dengan cerita kelahiran semesta yang bermula dari bunga di taman langit. Mekar adalah cara kelopaknya menari, diiringi lagu dari album “NYAWA BUNGA” sebagai soft lhauncing lagu karya Percisa kids dan Ngejah, mengalunkan nada dan harmoni sebagai pengantar pameran lukis adik-adik Da Vinci Art dan pameran photo karya anak muda yang tergabung dalam Kofat.

Udara sejuk menyerap dan menyalurkannya kepada 4 orang yang berbagi pengalamannya dalam Obsucara Tasikmalaya: Anak muda berbakat yang prestasinya tak diragukan lagi, karya terbarunya yang berjudul "Menembus Lorong Waktu" dinobatkan sebagai  pemenang kontes Photo, belajar tentang TV Jurnalistik, Filmaker dokumenter asala semarang dan terakhir penulis asal Tasik, lulusan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) yang sudah menerbitkan bukunya diantaranya Sepatu Dahlan, King, Laguna dan Dandelion.

Performance dari Kirana Sarimbit, Teater Dongkrak diselingi pemutaran film  Sebelum Pagi Terulang Kembali garapan sutradara Lasja F. Susatyo dan film pendek yang masuk nominasi. Disusul pengumuman film pilihan juri dalam kategori film fiksi yang dipercayakan kepada lelaki asal medan, lulusan dari ITB yang menyutradarai film pertamanya Janji Joni (Joni's Promise) dan seorang penulis naskah. Sementara film dokumenter oleh lelaki asal Tasik, menjadi dosen Antropologi Visual, dan sekarang masih menyelesaikan studinya S3 di negera kincir angin, diumumkan oleh tamu undangan di malam penganugrahan dan ditutup oleh single Tasikmalaya Punya Cerita.

Ini halaman akhir, kau sadar bahwa pohon yang dijadikan sandaran ada  karena memerhatikan apa yang ada dibawahnya yakni akar pohon, tapi orang-orang lebih tertarik keindahan pucuknya.



Salam Rancage
Teks butuhspasi & Design Edi Martoyo
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...